Rabu, 12 Januari 2011

Absurditas Pluralisme Agama



Oleh: Muhammad Azzam
  (Mahasiswa Akidah Filsafat Prodi Pemikiran Politik Islam UIN Syahid Jakarta)

            Pluralisme agama merupakan tren baru dalam khazanah pemikiran filsafat dan politik kontemporer. Layaknya ide-ide yang ada, pluralisme menawarkan banyak harapan yang secara umum bertujuan agar tercipta dunia yang lebih beradab. Konflik – konflik yang terjadi dewasa ini diakibatkan oleh tidak adanya toleransi diantara pemeluk agama-agama. Hilangnya toleransi berakar dari eksklusivitas dogma agama-agama tradisional. Dalam hal ini, pluralisme hadir menawarkan alternatif solusi yang dianggap mampu menyelesaikan persolan ini.
            Agama dalam pandangan konvensional memiliki doktrin-doktrin yang masing-masing berbeda. Agama memiliki seperangkat aturan spiritual, etika, norma, konsep teologis, bahkan wilayah ideologi yang beragam. Masing-masing bersifat eksklusif dan fanatik.
            Agama dalam pandangan pluralis berbeda dalam tataran eksoteris (luaran) tetapi bertemu pada tataran esoteris (substansi). Perangkat spiritual , doktrin teologis, etika, hukum-hukum yang ada dalam suatu agama diinstitusionalisasikan dalam ruang sejarah tertentu. Sehingga itu merupakan persepsi individu para nabi setiap agama terhadap hakikat Tuhan dan segenap aspek teologis. Sejarah yang ditempati manusia  menyebabkan agama dipersepsikan secara subjektif sehingga muncullah agama dalam bentuk yang beragam. Kebenaran agama pada level luaran ini bersifat relatif. Pada tataran ini agama-agama berbeda, ini dikenal dengan aspek eksoteris.
Tuhan sebagai esensi adalah tuhan yang dipersefsikan pada level esoteris, dan ini, dalam pandangan Frithjof Schuon melintasi batas-batas agama. Manusia pada level ini akan menemukan jati diri yang sesungguhnya. Sebab pandangan esoterisme mengenyampingkan ego manusia yang kemudian menggantikannya dengan ego yang diwarnai dengan nilai-nilai ketuhanan. Meskipun agama–agama tersebut berbeda pada level eksoteris namun menuju satu titik  yaitu hakikat tuhan yang sesungguhnya.  Pada level inilah manusia sama.
            Gagasan ini tidak sesuai dengan realitas agama-agama yang ada. Karena agama-agama ini memiliki doktrin  yang berbeda. Dan aspek esoteris sebenarnya tidak lepas dari aspek eksoteris.
 Menurut Islam manusia bisa menuju hakikat kebenaran apabila menjalankan segenap aturan yang ada pada level eksoteris. Manusia tidak akan pernah bisa sampai kepada tuhan jika cara yang dilakukan hanyalah spekulasi spiritual semata.

Serangan Pluralisme Terhadap Truth Claim (klaim kebenaran)
Truth claim pada masing-masing agama dianggap sebagai penyebab lahirnya sikap intoleransi. Sikap intoleransi ini berlanjut menjadi konfik yang sangat mengerikan yang pernah ada. Benarkah demikian duduk perkaranya ?.
Sesungguhnya truth claim yang ada pada agama-agama tidaklah otomatis menyebabkan konflik sebagaimana yang dipersepsikan oleh para pluralis. Klaim kebenaran lebih merupakan hak setiap individu manusia. Itu semua merupakan sesuatu yang wajar. Seseorang dengan informasi yang diserap dari berbagai realita yang mengelilinginya memungkinkan lahirnya perbedaan persepsi terhadap segenap wujud. Perbedaan inilah yang melahirkan keyakinan yang berbeda. Keragaman  agama, ideologi, dan berbagai khazanah pemikiran menunjukkan hal itu. Ini realitas yang tidak bisa kita nafikan.
Keimanan seseorang terhadap agamanya tidaklah otomatis memaksa seseorang untuk memaksakan keyakinannya terhadap pihak lain. Keyakinan ini bersifat personal- individual, masing-masing agama mengajarkan toleransi terhadap pemeluk agama lainnya dalam ruang lingkup agama. Agama-agama yang ada kecuali Islam, tidaklah memiliki karakter ideologis. Yang ada hanyalah sekumpulan konsepsi teologis ditambah seperangkat prosesi ritual serta etika sosial yang masih bersifat umum.agama-agama diluar Islam tidak memiliki konsep sistemik pilar dalam mengkonstruk tatanan masyarakat. Tidak dikenal adanya sistem ekonomi Nasrani, hukum positif Budha atau   sistem politik  dan pemerintahan Yahudi, dimana Islam memiliki khazanah dalam aspek-aspek tersebut. Ini semua menuntut agama-agama selain Islam mengambil ideologi tertentu untuk mengatur tatanan kehidupan, Baik itu Sosialisme-komunisme, Kapitalisme, atau Islam. Islam termasuk dalam salah satu deretan ideologi dunia. Islam memiliki konsep spiritual sekaligus politik, Islam berbicara agama dan juga negara, Islam mengatur persoalan personal maupun tatanan komunal. Intinya Islam bukan hanya agama tetapi juga mencakup ideologi. Kesimpulannya,  agama-agama dengan karakter hanya sebagai agama bisa  hidup dalam medium Kapitalisme, Sosialisme dan Islam.
Ada sebagian kalangan yang mempermasalahkan karakter misi yang dimiliki oleh sebagian agama. Karakter misi yang dimiliki oleh sebagian agama menjadi ajang untuk mempromosikan konsepsi agamanya kepada pihak lainnya. Tidak ada pemaksaan dalam menjalankan aktivitas dakwah ini, jika terjadi pemaksaan, itu merupakan penyimpangan dari ajaran agama itu sendiri. Disini untuk keskian kalinya argumen pluralisme terbantahkan

Pluralisme Menciptakan Teror Bagi Agama
Konfilik-konflik yang melanda dunia dewasa ini diakibatkan oleh perbedaan doktrin teologis dari masing-masing agama yang sebenarnya berhakikat sama. Sensitifitas manusia terhadap isu-isu agama menjadi tumpul karena doktrin apapun yang bersifat ekslusif dari masing-masing agama diruntuhkan, truth claim yang identik dengan keberadaan agama diserang dengan senjata rasional murni. Itu semua ditujukan agar agama tidak lagi dibalut oleh sikap fanatisme, egoisme dan bentuk-bentuk intoleransi lainya . Pluralisme datang membawa harapan akan tertuntaskannya konnflik-konflik atas nama agama yang banyak menimpa dunia dewasa ini maupun yang telah berlalu dalam sejarah. Pertanyaannya: benarkah pluralisme mampu menyelesaikan persoalan tersebut atau malah justru membawa masalah baru  ?
Alih-alih menjadi solusi terhadap konflik yang terjadi, pluralisme ternyata masalah menambah persoalan baru. Konstruk teologi yang digagas oleh kalangan pluralis berujung pada penginstitusionalisasian agama baru. Pada saat inilah penganut paham ini mengumandangkan truth claim baru dalam format relativisme kebenaran dan spekulasi spiritual. Dua pilar ini berujung pada kesimpulan bahwa agama-agama berada pada posisi setara, selanjutnya dengan langkah radikal paham ini menuju pada persepsi bahwa semua agama itu sama, semuanya benar sehingga tidak perlu ada polemik seputar kebenaran.
Pluralisme ternyata menjadi teror baru bagi agama-agama tradisional. Ini terjadi setelah paham ini melontarkan serangan terhadap kemapanan teologi agama-agama tradisional. Serangan ini penuh dengan stigma, pendiskreditan dan berbagai bentuk prasangka yang berlebihan. Nah pada titik ini seorang pluralis membuka front pertentangan dengan penganut agama tradisional baik pada tataran filosofis maupun pada tataran aksi (politis). Kasus tuntutan pembubaran FPI, HTI dan MMI yang diusung kalangan pluralis beberapa waktu yang lalu, jelas, menunjukkan hal itu. Kalangan pluralis bersatu membentuk aliansi Garda Bangsa untuk menghadang kekuatan ormas-ormas Islam. Terbentuknya sikap fanatisme pada kalangan pluralis yang kemudian melahirkan teror terhadap ormas-ormas islam membuktikan gagalnya doktin pluralisme agama dalam mencapai visi perjuangan nya.

Truth Claim Tidak Memiliki Hubungan Dengan Konflik
Konflik-konflik yang terjadi bukanlah disebabkan truth claim yang ada pada masing-masing agama, akan tetapi konflik yang terjadi sesungguhnya lebih disebabkan oleh pertentangan ideologi, nah disinilah agama dijadikan tameng. Kasus konflik antara Barat dengan dunia Islam bukanlah pertarungan antara Kristen dengan Islam akan tetapi antara ideologi Kapitalisme dengan pengemban ideologi Islam atau penjajahan imperium Kapitalisme global terhadap umat manusia. Realita yang terjadi adalah bahwa pengemban ideologi Kapitalisme mengasosiasikan dirinya ke dalam salah satu agama, sehingga mereka berlindung dibalik tabir agama Kristen. Di sinilah para kapitalis menjalankan misi eksploitatif penjajahannya. Inilah yang mengacaukan pemahaman. Kristen dipolitisasi, karena memang ajaran agama merupakan isu sensitif untuk membangkitkan pertentangan, ketegangan, bahkan konflik. Maka yang  bertanggung jawab bukan agama tetapi ideologi. Perlu diingat individu  diluar islam mengalami split personality  disatu sisi agama menuntut menyebar cinta kasih disi lain kapitalisme dengan watak eksploitatif  membimbing ekspresi diri begitu juga dengan sosialisme. Hanya islam yang mampu menegakkan spremasi keadilan universal.

Kritik Islam Terhadap Pluralisme
Persepsi ini tidak akan pernah diterima oleh agama-agama tradisional khususnya Islam. Islam sejak awal telah mengkritik agama-agama sebelumnya dari kalangan ahlu al kitab. Islam memandang bahwa agama –agama tersebut tidak lagi autentik, pesan tuhan telah tercampur dengan berbagai corak kreasi akal manusia melalui tangan musuh tuhan  sekaligus musuh kebenaran. Pergeseran itu terlajadi dalam perjalanan sejarah. Hal ini diungkapkan didalam banyak ayat al-Qur’an dan hadis Rasulullah SAW.
Argumen diatas diperkuat oleh kenyataan sejarah yang menunjukkan hal yang sama. Banyak kritikan yang dilontarkan oleh teolog Kristen dan Yahudi sendiri terhadap doktrin teologi agama mereka. Banyak diantara mereka yang sampai pada kesimpulan bahwa agama nya  terinstitusionalisasikan menuju pematangn teologi didalam roda sejarah. Berbagai kritikan itu mendorong seorang teolog Kristen untuk menamakan bukunya dengan judul Who Wrote the Bible ?.  Ini semua menggambarkan adanya problem teologis yang sangat serius. Petaka sejarah ini juga menimpa banyak agama disamping kenyataan bahwa agama-agama tersebut hanyalah kreasi akal dan spekulasi teologis pembawa ajarannya semata.

Pluralisme Sebagai Agama Baru
Pluralisme agama mencari justifikasinya didalam ajaran agama-agama tradisional dengan persepsi bahwa agama-agama berbeda berbeda dalam bentuk luaran namun menuju pada titik yang sama pada level esoteris. Akan tetapi paham pluralisme agama senyatanya meruntuhkan bangunan  konsepsi agama agama tradisi sambil mengkonstruk bangunan teologi baru yang dianggap lebih adil dan rasional.

Pertarungan Ideologi
Ideologi berwatak ekslusif dan konfrontatif. Ideologi tidak dapat diterapkan secara bersamaan dalam suatu wilayah. Kapitalisme tidak bisa menerima kehadiran Islam, begitu juga sebaliknya. Sekedar untuk menggunakan jilbab saja sudah dilarang, apalagi menerapkan hudûd (sistem persangsian dalam Islam). Pelarangan penggunaan simbol-simbol agama di beberapa negara Eropa dilakuakan untuk menjamin berlangsungnya sekulerisasi. Tuduhan teroris yang dilekatkan kepada gerkan-gerakan Islam, kudeta militer yang didukung dunia Barat terhadap FIS Aljazair, sangsi ekonomi terhadap HAMAS, pelarangan aktivitas gerakan-gerkan Islam oleh rezim negara-negara Arab, dukungan politik terhadap Israel dan sederet persoalan lainnya menunjukkan pertarungan idiologi secara nyata.

Baca Selengkapnya...
READ MORE - Absurditas Pluralisme Agama

Sabtu, 20 November 2010

Misteri Mbah Petruk


Nama “Mbah Petruk” mendadak menjadi terkenal ke seantero negeri, menyusul letusan Merapi pada November 2010. Mbah Petruk makin populer setelah seorang warga bernama Suswanto, 43 tahun, berhasil memotret asap solvatara Gunung Merapi yang menyerupai kepala Petruk. Selama ini mitos Mbah Petruk sering dikaitkan dengan pemuka jin. Ia bertugas memberi wangsit mengenai waktu meletusnya Gunung Merapi, termasuk memberi kiat-kiat tertentu kepada penduduk agar terhindar dari ancaman bahaya lahar panas Merapi. Dipundak jin inilah, menurut isu yang sempat beredar, keselamatan penduduk tergantung.

Tentu saja tanggapan atas mitos Mbah Petruk cukup beragam. Jika ilmuwan vulkanologi menyatakan awan mirip Petruk tidak berarti apa-apa, Ponimin (50) yang disebut-sebut "sakti" seperti Mbah Maridjan, punya penafsiran sendiri. Menurutnya, hidung Petruk yang menghadap Yogyakarta mengandung arti Merapi mengincar Yogyakarta. (detiknews,13/11/2010). Permadi, seorang paranormal, dalam sebuah infotainmen di sebuah televisi swasta nasional memiliki pendapat yang hampir serupa dengan Ponimin. Lain lagi dengan Sultan Hamengkubuwana X, Gubernur Yogyakarta saat ditemui di Kepatihan (2/11/2010) mengungkapkan: “ Itu kan kata mereka. Kalau aku bilang itu Bagong, bagaimana? Atau itu Pinokio, karena hidungnya panjang”. (Tempointeraktif.com, 2/11/2010). Spekulasi terus bermunculan akibat foto ini. Belum lagi juga muncul foto lain dari asap Merapi yang membentuk tulisan Arabic “Allah”.

Tidak diragukan, nama Mbah Petruk telah menjadi satu mitos yang tidak terpisah dari warga yang mendiami wilayah sekitar Gunung Merapi. Tokoh ini sering dikaitkan sebagai penguasa gaib Merapi yang “bertanggungjawab” terhadap dunia “gaib” Merapi. Cerita tentang “kekuasaan” Mbah Petruk ini secara umum berkembang di sekitar lereng Merapi terutama di wilayah yang masuk Daerah Istimewa Yogyakarta. Masyarakat Cepogo dan Selo yang menjadi “basis kerja” Mbah Petruk pada “masa lalu” justru memiliki versi yang cenderung berbeda.

Berdasarkan cerita versi warga Cepogo bagian atas, nama asli Mbah Petruk sebenarnya adalah Kyai Handoko Kusumo. Beliau ini merupakan penyebar Islam di Merapi pada sekitar era 1700-an. Wilayah geraknya lebih banyak meliputi Cepogo bagian atas dan tidak menutup kemungkinan juga di wilayah yang lain. Dalam cerita tutur digambarkan bahwa ia memiliki bentuk badan yang agak bungkuk. Kyai Handoko Kusumo adalah seorang keturunan Arab. Bentuk hidungnya yang lebih mancung dari kebanyakan orang Jawa itulah yang membuat dirinya dikenal dengan nama Mbah Petruk oleh Masyarakat setempat. Petruk dalam mitologi Jawa merupakan tokoh wayang punakawan yang memiliki bentuk hidung sangat mancung. 

Tentu, menghubungkan “Mbah Petruk” dengan tokoh pewayangan Petruk jelas merupakan sebuah kekeliruan. “Mbah Petruk” yang ini adalah seorang ulama yang dimungkinkan merupakan murid generasi kedua dari Sunan Kalijaga. Sebagai seorang ulama ia memiliki level setingkat ulama lain yang semasa dengan kehidupannya seperti Mbah Ragasari yang dimakamkan di Tumang dan juga da’i yang lain bernama Hasan Munadi.  Juru kunci Merapi pada era Mbah Petruk ini bernama Kyai Rohmadi, seorang muslim pula, yang oleh penduduk setempat dikenal dengan nama Mpu Permadi. Hanya saja agak berbeda dengan Mbah Petruk, Mpu Permadi memiliki gaya keislaman yang lebih dekat dengan dunia klenik, terutama pengamalan terhadap kitab Mujarobat (semacam primbon). Mpu Permadi ini nampaknya telah terpengaruh dengan mistisme Persia yang bersumber dari kitab Syamsul Ma’arif Kubro yaitu sebuah kitab yang menggabungkan dunia perdukunan Persia dan mistisme Syiah. Kitab ini boleh dikatakan sebagai sumber dari hampir semua kitab Mujarobat yang banyak beredar di masyarakat. Isinya berupa kumpulan mantra, penggunaan azimat, wifiq, dan lain sebagainya. Makam Mpu Permadi dapat ditemui di Watu Bolong.

Dalam versi masyarakat Selo, Mbah Petruk seringkali disebut-sebut sebagai anak seorang pejabat atau versi lain Wedana. Pada era ini Selo merupakan wilayah dari kawedanan Ampel yang membawahi Ampel, Cepogo, Paras, dan Selo. Versi ini tidak bertentangan dengan versi cerita cerita warga Cepogo. Hal ini tidak mengherankan, sebab salah satu fenomena penyebaran Islam adalah melalui perkawinan, termasuk membangun kedekatan dengan menikahi putri-putri penguasa setempat. 

Namun demikian secara umum, masyarakat sekitar Merapi telah mafhum bahwa Mbah Petruk merupakan salah seorang penyebar agama Islam di sekitar daerah itu. Pada masa tuanya, Mbah Petruk diperkirakan meninggal di Gunung Bibi dan jasadnya tidak pernah diketahui. Hal inilah yang memunculkan anggapan spekulatif bahwa dirinya telah moksa. Perlu diketahui Gunung Bibi sampai hari ini masih merupakan kawasan “berbahaya” karena masih dihuni hewan-hewan liar termasuk oleh ular-ular python raksasa. Tidak mengherankan jika penduduk sekitarnya selalu menahan KTP para pendaki yang hendak naik ke Gunung Bibi, alasannya agar bisa segera memberitahu keluarganya bila pendatang yang bersangkutan tidak kembali turun dari gunung.
Fenomena ini bisa saja menjelaskan hal tersebut disamping adanya kemungkinan lain yang
Sesuai dengan pendapat Karel Steenbrink, sampai sekitar tahun 1700-an, daerah di sekitar Merapi masih merupakan kawasan yang penduduknya menganut Agama Hindu. Namun catatan lain menyebutkan, pada era Perang Jawa (1825-1830), ulama dan sekaligus penasihat spiritual Pangeran Diponegoro yang bernama Kyai Mojo telah memobilisasi pasukan yang berasal  dari lereng Merapi. Hal ini menunjukkan bahwa proses Islamisasi di kawasan ini telah berjalan.

Pada era awal dakwah di lereng Merapi, tantangannya tidaklah mudah. Aliran yang berkembang di lereng Merapi pada masa ini menunjukkan adanya sinkretisme antara agama Kapitayan dan aliran Bhairawa Tantra. Di Jawa aliran ini memang telah menyatu dengan mantra-mantra Jawa Kuno dan kepercayaan terhadap para tukang tenung. Penobatan raja-raja Jawa dilakukan melalui percampuran ritual tantra disertai dengan berbagai sihir dan ajaran rahasia.  (Prijohutomo, II, 1953: 105).

Agama Kapitayan adalah keyakinan masyarakat Jawa sebelum proses Indianisasi yang meliputi perkembangan agama Hindu dan Budha. Ajarannya yang hanya mengenal satu Tuhan memiliki sejumlah kemiripan dengan monotheisme. Ritualnya adalah menyembah Hyang Taya yaitu pencipta alam semesta yang memiliki sifat tan kinaya ngapa (tidak dapat diperkirakan oleh akal pikiran manusia). 

Salah satu wujud ritual yang terpengaruh oleh pembauran antara Agama Kapitayan yang bersifat To dan Bhairawatantra yang dijalankan di Merapi adalah pengorbanan manusia untuk menolak mara bahaya dan bencana. Pengorbanan ini dilakukan dengan menceburkan manusia ke dalam kawah Merapi. 

Pada era dakwah Mbah Petruk,  bentuk pengorbanan ini mulai diperhalus dengan menggantinya dengan kepala kerbau. Kepala kerbau tersebut di tanam di Pasar Bubrah yang merupakan puncak Gunung Merapi Purba dan juga dimasukkan ke kawah Merapi. Tentu saja proses subsitusi korban manusia dengan kepala kerbau ini bukan sebuah jalan yang mudah. Prose situ membutuhkan pendekatan yang luar biasa di zaman itu. Namun pembelokan melalui nativisasi telah membelokkan perkembangan ini sehingga proses dakwah yang seharusnya berjalan justru berjalan stagnan dan generasi selanjutnya kehilangan sisi periwayatan ini. 

Terlepas dari cerita masa lalu seputar lereng Merapi, umat Islam diwajibkan melanjutkan perjuangan dakwah yang merupakan amanah dari risalah kenabian, sehingga nilai-nilai tauhid benar-benar ditegakkan. (Tulisan ini disusun berdasarkan investigasi terhadap tradisi lisan yang berkembang di tengah masyarakat Selo dan Cepogo dan penelusuran sejumlah literatur).
Baca Selengkapnya...
READ MORE - Misteri Mbah Petruk

Sabtu, 16 Oktober 2010

Sains Modern

Kehidupan di muka bumi ini bermula sekitar 3½ miliar tahun yang lalu. Sejak itu pelbagai organisme bersaing satu sama lain untuk bertahan hidup, dengan begitu ber‘evolusi’ menghasilkan aneka ragam spesies baru yang semakin lama semakin canggih. Sampai kemudian muncul spesies baru bernama manusia yang dengan akalnya mulai mencari asal-usul kehidupan. Ribuan bahkan jutaan tahun berlalu tak seorangpun konon berhasil memberi jawaban memuaskan. Baru pada tahun 1735 Carolus Linnaeus dari Swedia menjadi ‘manusia pertama’ yang membuat klasifikasi berdasarkan kemiripan dan memberikan ‘nama saintifik’ bagi tiap-tiap spesies. Dan baru pada tahun 1859 teka-teki biologi tersebut berhasil dipecahkan oleh saintis Inggris bernama Charles Darwin. Manusia, sebagaimana spesies lain, ‘muncul’ (evolved) dengan sendirinya dari proses seleksi alam.

             Jika dipikirkan kembali, dongeng evolusi ini tidak hanya sarat dengan khayalan tetapi juga berunsur penghinaan. Pertama, kendati berangkat dari kajian empiris selama pelayarannya di Amerika Selatan, penyimpulan Darwin lebih bersifat dugaan (conjecture) ketimbang kepastian. Dalam konstruk epistemologi Islam, pengetahuan semacam ini disebut zhann atau sangkaan. Validitasnya hanya sedikit lebih tinggi dari keragu-raguan dan kira-kira (wahm). Pengetahuan yang dibangun diatas teori serupa ini tidak sampai derajat yakin. “Mereka sekadar mengikuti sangka belaka, padahal sangkaan itu tidak bisa menggantikan kebenaran,” firman Allah dalam al-Qur’an (53:28). Kedua, cerita evolusi itu juga mengesankan seolah-olah bangsa kulit putih sajalah yang paling hebat. Tak salah jika banyak yang menyebutnya ‘heroisme kolonial’.   

              Anehnya, khayalan Darwin itu menjelma jadi dogma. “Susah, pak, menolak teori evolusi kalau ingin menjadi ahli biologi sekarang ini,” ujar sahabat saya dari Unibraw, Malang. Ia ibarat rukun iman bagi biolog modern. Tapi justru di sinilah letak persoalannya. Ilmu-ilmu alam (natural sciences) yang kita pelajari dan kita ajarkan kepada siswa dan mahasiswa adalah ilmu pengetahuan yang dikembangkan oleh bangsa-bangsa Eropa sejak 500 tahun terakhir. Mulai dari ilmu-ilmu alam hingga ilmu-ilmu sosial atau humaniora. Tak mungkin dipungkiri, ilmu-ilmu tersebut jelas diwarnai oleh akidah alias Weltanschauung ilmuwan bersangkutan. Secara sadar ataupun tidak, pelbagai disiplin ilmu yang kita konsumsi sekarang ini mengandung unsur-unsur halus naturalisme, materialisme, dan sebagainya.

               Tak jauh beda khayalan ilmiah mengenai alam semesta. Konon, kata para saintis, alam semesta ini ‘muncul’ akibat ledakan mahadahsyat (Big Bang) yang terjadi sekitar 13.700 juta tahun silam. Kalau tidak percaya silakan hitung sendiri, kata seorang teman setengah berguyon. Ledakan tersebut melontarkan materi dalam jumlah sangat besar ke segala penjuru. Materi-materi itulah yang mengisi alam semesta ini, yang kemudian dinamakan bintang, planet, debu kosmis, asteroid, meteor, energi, dan sebagainnya. Maka dikhayalkan bahwa alam semesta ini terbentuk dengan sendirinya dan akan terus menerus ada. Gambaran ini jelas memantulkan pandangan materialistis yang menafikan kewujudan Tuhan.

               Namun sayang sekali kebanyakan ilmuwan kita seperti tidak berkutik di hadapan sains modern. Jauh dilubuk hati mengakui Allah sebagai pencipta dan berkuasa atas segala sesuatu dari partikel terkecil hingga galaksi dan jagat raya. Tetapi dalam pikiran bertahta saintisme beserta hulu-balangnya. Disaat kaum Muslim berlomba-lomba mengejar mantan penjajah mereka dalam bidang sains dan teknologi, seruan ‘islamisasi’ memang terdengar aneh. Apakah kaum Muslim harus menolak sains modern? Oh, bukan itu maksudnya.

             Islamisasi bermula dari kerangka berpikir, ‘worldview’ yang terdiri dari gugusan konsep-konsep Islami berkenaan dengan Tuhan, Wahyu, Nabi, Ilmu dan seterusnya. Ia berfungsi sebagai filter penyaring dan penepis elemen-elemen yang tidak sesuai atau bertolak-belakang dengan konsep-konsep Islami tersebut. Ini karena sesungguhnya cara kerja pikiran kita tak ubahnya bagaikan sistem metabolisme badan. Meminjam ucapan Seyyed Hossein Nasr, penulis buku Science and Civilization in Islam: “Tidak pernah ada sains yang diserap ke dalam sebuah peradaban tanpa penolakan sedikit pun. Mirip dengan tubuh kita. Kalau kita cuma makan saja, tetapi badan kita tidak mengeluarkan sesuatu, maka dalam beberapa hari saja, kita akan mati. Sebagian makanan perlu diserap, sebagian lagi harus dibuang (No science has ever been integrated into any civilization without some of it also being rejected. It’s like the body. If we only ate and the body did not reject anything we would die in a few days. Some of the food has to be absorbed, some of the food has to be rejected).” Artinya, kita hanya perlu bersikap lebih kritis dan selektif terhadap sains modern.
Baca Selengkapnya...
READ MORE - Sains Modern

Jumat, 08 Oktober 2010

Menyatukan Fisika dan Metafisika

  
             Menurut Prof. S.M. Naquib al-Attas, masalah kekeliruan ilmu (corruption of knowledge) adalah merupakan masalah yang paling mendasar dalam kehidupan masyarakat modern. (al-Attas, Islam dan Sekularisme, 2010). Kekeliruan ini muncul akibat menyusupnya paham sekuler yang dibawa oleh peradaban Barat ke dalam ilmu-ilmu kontemporer. Ilmu yang keliru melahirkan tindakan manusia yang keliru pula. Inilah yang disebut oleh al-Attas, pakar Filsafat Sains,  sebagai loss of adab, yaitu hilangnya kemampuan manusia melakukan tindakan yang benar karena bersandar pada ilmu yang keliru.
Tindakan yang keliru ini pada akhirnya bukanlah memberikan kebahagiaan, melainkan kesengsaraan kepada manusia. Buktinya, disaat sains dan teknologi sedemikian maju saat ini, umat manusia bukannya berhasil meraih kebahagiaan. Sebaliknya, berbagai keresahan dan kekeringan jiwa serta kerusakan alam terus meruyak. Kerusakan lingkungan, wabah penyakit yang tiada henti, bencana alam, degradasi moral, kriminalitas, dan peperangan, dating silih berganti.
                       
            Ironisnya, paham sekuler inilah yang banyak dijadikan landasan bagi pengembangan ilmu pengetahuan masa kini yang kemudian diajarkan di sekolah-sekolah. Hampir tidak ada disiplin ilmu alam atau sosial yang tidak terpengaruh oleh ideologi sekular. Salah satu buktinya adalah ditolaknya wahyu sebagai sumber ilmu,  sehingga semua ilmu ini dibangun dalam kerangka rasionalisme dan empirisisme.

            Ilmu Fisika sebagai ilmu yang sangat penting di era modern juga tidak lepas dari pengaruh paham sekular ini. Oleh karena itu, Ilmu Fisika perlu diislamkan. Apanya yang diislamkan?
            
            Saat bicara Islamisasi Fisika, maka harus dimulai dari hal-hal yang paling asas dari Ilmu Fisika, bukan dari kulit luarnya. Islamisasi Ilmu Fisika bukanlah mengislamkan teori Newton atau teori relativitas Einstein sehingga menghasilkan suatu teori gerak baru yang Islami. Islamisasi juga bukan berarti mencocokkan al-Qur’an dengan temuan fisika modern terkini. Misalnya, mengaitkan teori Big Bang dengan al-Qur’an surat al-Anbiya’ ayat 30 yang berbicara tentang penciptaan alam semesta. Islamisasi yang dimaksud dalam hal ini adalah Islamisasi filsafat sains yang melatarbelakangi lahirnya teori-teori fisika tersebut. Hal ini karena teori-teori fisika tidaklah lahir dari ruang kosong, tapi berangkat dari suatu sandaran metafisika mengenai hakikat alam semesta.

             Sebagaimana telah disebut di atas, sandaran metafisika sains modern yang paling utama adalah paham sekular. Menurut Prof. Naquib al-Attas, salah satu dimensi dari sekularisasi adalah penghilangan pesona alam (disenchantment of nature). Artinya, alam hanyalah materi yang tidak memiliki makna spiritual. Oleh karena itu manusia berhak memperlakukannya sesuai dengan kemauan manusia. Dari sini kita dengan mudah mengidentifikasi mengapa masalah kerusakan lingkungan merupakan masalah paling pelik di abad modern.

              Sekularisasi juga telah menyebabkan penelitian fisika hanya menyibukkan diri dengan fenomena lahiriah (empiris) dan melepaskan kaitannya dengan Realitas Mutlak (Tuhan). Islamisasi tidak mempermasalahkan formulasi F=ma dalam teori gerak Newton, tetapi tafsiran filsafat sains yang menganggap dinamika alam sebagai sesuatu yang mekanistik. Layaknya mesin, alam bekerja sendiri berdasarkan mekanisme sebab dan akibat sehingga menegasikan kehadiran Tuhan. Sekiranya Tuhan memang ada (sesuatu yang diragukan oleh banyak fisikawan dunia), Ia tidak punya peran dan kendali terhadap kejadian-kejadian di alam. Lalu manusialah yang kemudian menjadi tuhan yang mengendalikan alam. Di sinilah manusia mencabut unsur metafisika religius dari ilmu fisika.

****
             Berbeda dengan paham sekular, semua konsep Islam dibangun dalam kaitannya dengan Tuhan. Oleh karena itu semua urusan di dalam Islam adalah religius. Demikian juga pandangan-Islam mengenai alam. Di dalam Islam, alam bukanlah sekedar materi tanpa makna, melainkan tanda (ayat) dari kehadiran dan kebesaran Allah. Oleh karena itu ketika seseorang meneliti dan mempelajari fisika ia berarti sedang berusaha mengenal Tuhannya. Hal ini ditegaskan dalam al-Qur’an surat Ali ‘Imran 191 : Yaitu orang-orang yang mengingat Allah dalam keadaan berdiri, duduk, dan berbaring dan mereka memikirkan penciptaan langit dan bumi seraya berkata, “Wahai Tuhan kami, tidaklah engkau ciptakan semua ini dengan sia-sia, maha suci Engkau maka peliharalah kami dari siksa api neraka.”
            
            Ayat di atas menegaskan bahwa kegiatan ibadah (mengingat Allah) berjalan bersamaan dengan kegiatan penelitian alam (memikirkan penciptaan langit dan bumi). Sedangkan ujung dari kedua kegiatan ini adalah mengenal semakin dekat dan mengenal Allah SWT. Pada titik inilah fisika dan metafisika Islam merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan (tauhid).

             Oleh karena itu di dalam Islam tidak dikenal istilah “fisika untuk fisika”, artinya penelitian fisika bukanlah untuk sekedar kesenangan memecahkan misteri alam. Itu sebabnya di sepanjang sejarah Islam kita tidak mengenal ada ilmuwan Muslim yang menjadi anti Tuhan setelah menguasai ilmu fisika, atau ilmu apa pun, karena landasan mempelajarinya berangkat dari keimanan dan pengabdian kepada Allah. Bahkan, para ilmuwan di dunia Islam masa lalu biasanya juga dikenal sebagai orang yang faqih dalam ilmu agama.
Sebaliknya di Barat, tidak sedikit ilmuwan yang semakin tahu tentang alam semakin meragukan keberadaan Tuhan, bahkan menjadi anti Tuhan. Laplace, seorang ahli astronomi Perancis abad ke-18, ketika ditanya Napoleon tentang pemeliharaan Tuhan terhadap alam semesta menjawab, ”Yang Mulia, saya tidak menemukan dimana tempat pemeliharaan Tuhan itu.” Sementara Hawking, fisikawan yang dianggap paling tahu soal kosmologi, sampai sekarang pun masih saja bertanya apakah alam ini memiliki Pencipta, dan kalau ada apakah Ia juga mengatur alam semesta (Brief History of Time).

              Di negeri Muslim seperti Indonesia, walaupun tidak sampai meragukan Tuhan, umumnya ilmuwan Muslim kurang menguasai ilmu agama. Sekularisasi telah menyebabkan timbulnya kepribadian ganda (split personality) dalam diri ilmuwan tersebut. Hal itu karena visi sekular selalu memandang realitas secara dikotomis. Sains adalah sains, sedangkan agama adalah agama. Keduanya tidak berkaitan, sehingga wahyu tidak ada hubungannya dengan sains yang rasional dan empiris.

            Inilah perbedaan utama antara pandangan Islam dan sekular. Melalui sekularisasi, Ilmu Fisika diceraikan dari metafisika Islam. Sedangkan Islamisasi adalah mengembalikan metafisika Islam sebagai ruh Ilmu Fisika,  sehingga ilmu ini menjadi sarana mendekatkan diri kepada Allah, bukan semata-mata memuaskan keingintahuan manusia terhadap alam. (Wendi Zarman)
Baca Selengkapnya...
READ MORE - Menyatukan Fisika dan Metafisika

Jumat, 10 September 2010

Rahasia Di Balik Uang Dollar Amerika

Oh.. yach teman-teman semua tau gak kenapa uang dolar ga pernah berubah semenjak 450 tahun ? mau tau rahasia yang penuh misteri ini? Mari kita singkap bersama rahasianya….

RAHASIA MATA UANG DOLAR AMERIKA
Pada postingan kali ini saya akan sedikit menjelaskan tentang konspirasi (atau lebih tepatnya pesan terselubung) yang terdapat pada mata uang Amerika Serikat. Data ini dibuat dengan sebenar-benarnya dan dengan fakta kenyataan yang terjadi di dunia ini.
Sekarang kita kembali ke tragedi 911 (September 11) dimana gedung kembar WTC di New York runtuh ditabrak oleh dua buah pesawat, dan markas pertahanan keamanan militer Amerika, Pentagon juga rusak ditabrak pesawat. Tapi benarkah begitu? Begitu mudahnya bangunan-bangunan
kokoh berkonstruksi baja itu dapat tumbang? Memang ada perhitungan teori fisika yang membuat hal itu mustahil terjadi. Tapi saya tidak akan menjelaskan hal itu saat ini. Sekarang kita bahas saja hal yang lebih tidak masuk akal daripada itu.
Amerika Serikat berdiri kurang lebih 450 tahun yang lalu. Dimana saat itu ditetapkannya pula mata uang Amerika Serikat yang berwarna hijau itu. Dan sejak 450 tahun yang lalu pula mata uang Amerika tidak pernah direvisi.
Sekarang coba kita telaah mata uang yang sejak 450 tahun yang lalu itu belum berubah bentuknya.
Dimulai dari uang 20 Dolar.
Ini uang 20 Dolar Amerika.
Sekarang kita coba lipat. (Ingat bahwa mata uang ini belum pernah dirubah sejak 450 tahun yang lalu)
(Kalau ada yang membawa uang 20 Dolar Amerika, boleh dicoba.)Sekarang kita coba lipat lagi. (Sekali lagi saya ingatkan bahwa mata uang ini belum pernah dirubah sejak 450 tahun yang lalu.)
Sekarang kita lipat lagi seperti ini. (Kita bukan sedang belajar membuat origami ya!)
Kalau sudah…sekarang lipat lagi seperti dibawah ini, dan lihat hasilnya..maksudnya lihat gambar yang dilingkari ini. Nah loh! Apakah itu??
Itu adalah gambar Pentagon setelah ditabrak pesawat. Lihat gambar gedung yang berasap itu!Kalau masih belum percaya, akan saya perjelas lagi.
Nah! Sama kan??
Untuk kali ini terbukti bahwa uang 20 Dolar Amerika menyimpan rahasia tentang konspirasi
penghancuran Pentagon. (oleh siapa? Mata uang ini kan punya Amerika sendiri??)
(Sekali lagi saya ingatkan bahwa mata uang ini belum pernah dirubah sejak 450 tahun yang lalu)
Cukup untuk pesan terselubung Pentagonnya. Sekarang kita ke New York dengan 20 Dolar yang
setengah kusut ini, untuk melihat ada apa di sana.
Masih di 20 Dolar Amerika yang belum pernah dirubah sejak 450 tahun yang lalu.
Sekarang kita pakai sisi lain dari uang 20 Dolar ini.
Langsung saja lipat seperti gambar di bawah ya! (Ikuti instruksi!)
Langsung saja kita lihat hasil karya lipatan kita…Nah loh! Kok begini???
Sepertinya saya kenal gedung itu!
Ya, benar sekali…itu adalah gedung kembar WTC New York yang sekarang tinggal kenangan itu.
Masih belum percaya?? Lihat ini!
(Ingat bahwa mata uang ini belum pernah dirubah sejak 450 tahun yang lalu)
Bagian sebelah kiri ditabrak oleh Flight 175 dari United Airlines yang meluncur dari sebelah kanan
gedung. Sementara bagian sebelah kanan ditabrak oleh Flight 11 yang dimiliki American Airlines
yang meluncur dari sebelah kiri. Lihat tulisan di kanan dan di kiri uang, yang lengkapnya adalah
The United State of America. (Lho? Memangnya 450 tahun yang lalu kedua perusahaan
penerbangan itu sudah ada? Jawabannya, tentu saja belum. Bahkan ke 2 gedung itu -pentagon
dan WTC- bahkan belum dibangun.)
Sekarang kita bahas bagian yang paling aneh dari 20 Dolar kita ini.
Lihat baik-baik gambar ini!
Nah loh! Sudahkan 450 tahun yang lalu OSAMA BIN LADEN lahir??
(Jangankan OSAMA, Buyutnya Kakek Buyutnya saja belum lahir.)
Untuk rahasia dibalik 20 Dolar ini, bisa ditemukannya dari kode :
911 (September 11) >> 9 + 11 = 20
Jadinya 20 Dolar!
Cukup untuk 20 Dolar, karena sudah kusut kita lipat-lipat sekarang kita tukarkan uangnya dengan
sebuah 5 Dolar dan sebuah 10 Dolar. Lihat ini!

Dalam 5 Dolar Amerika yang belum pernah dirubah sejak 450 tahun yang lalu juga terdapat
rahasia penghancuran WTC New York.
Sekarang kita lihat uang 10 Dolar kita!
Gedung pertama WTC yang sudah berasap.
Belum puas?? Lagi??
Sekarang kita pinjam uang 50 Dolar dari tetangga saya.
Ini WTC saat bangunannya runtuh.
Mau lagi?? Kita pinjam lagi 100 Dolar sama tetangga saya yang tadi.
Lho?? Apa ini??
Ini asap gambar asap dari WTC yang telah runtuh.
Detail sekali mereka membuat pesan terselubung ini!
Sampai-sampai gambar asapnya saja tidak lupa dibuat.
Sudah cukup melipat-lipatnya, kalau terlalu kusut nilai dolar yang kita punya jatuh.
Tahukah kamu siapa yang membuat pesan terselubung ini???
Jawabannya ada di uang 1 Dolar! (Lagi-lagi uang!)
Lihat ini!!

Coba lihat 2 lambang yang ada di dalam 2 lingkaran itu!!
Nah loh!!! Ini lambang ILLUMINATI, yaitu organisasi super rahasia milik YAHUDI.
Lihat lambang MATA HORUS dan TULISAN “NOVUS ORDO SECLOHUM” yang artinya “NEW
WORLD ORDER” atau “TATA DUNIA BARU”
Nah loh!! Mau di jadikan apa kita sama orang-orang ZIONIS Yahudi itu??
Terus lihat yang ini!! Lambang bintang-bintang yang ada di atas kepala burung itu!
Bintang-bintang itu membentuk suatu lambang, yaitu lambang “DAVID STAR” lambang kebanggaan YAHUDI.
Oh iya, untuk diketahui nomor pesawat Flight 11 yang menabrak WTC adalah :
Q33NY
Coba di copy paste nomor ini ke OFFICE WORD dan diblok lalu ubah font-nya ke wingdings.
Nanti hasilnya seperti ini…

Artinya: PESAWAT >> MENABRAK 2 GEDUNG >> KORBAN BERJATUHAN >>> DAN PELAKUNYA ADALAH


lambang apakah ini???
http://1997islamic.wordpress.com/2009/06/30/coincidence-or-conspiracy/
diambil dari : http://menujuhijau.blogspot.com/2010/05/rahasia-di-balik-uang-dollar-amerika.html
Baca Selengkapnya...
READ MORE - Rahasia Di Balik Uang Dollar Amerika

Kamis, 09 September 2010

Menulis itu GAMPANG, Tapi ADA CARANYA

Assalaamu’alaikum wr wb
Salam sukses buat semuanya…
Menulis itu gampang? Saya sendiri berani mengatakan gampang, bukan karena saya sudah bisa, tapi karena saya melihat banyak orang bisa menulis, berarti keterampilan ini bisa dipelajari. Menulis adalah keterampilan? Betul. Sama seperti naik sepeda atau mengendarai mobil. Makin sering dilatih, makin lihailah kita. Saya waktu kecil masih inget sering minjem sepeda adiknya nenek saya, sepeda ontel. Saya tertantang untuk bisa. Saya coba kayuh sekali, jatuh. Saya mencoba menyeimbangkan badan saat kaki sebelah kanan menginjak pedal sepeda dan kaki kiri masih menginjak tanah. Saja coba jalankan sepeda dengan kaki kanan menginjak pedal dan kaki kiri menginjak tanah. Terus seperti itu sambil mencoba menjalankan sepeda. Sesekali saya mencoba kaki kiri untuk ikut mengayuh pedal, tapi sepeda sempoyongan ke kiri. Gubrak! Saya jatuh. Tapi mencoba bangun lagi. Terus seperti itu. Saya lupa persisnya berapa hari berlatih naik sepeda, tapi seingat saya dua pekan setelah sering jatuh, saya mulai bisa menyeimbangkan badan dan mengayuh sepeda dengan dua kaki. Tapi saya masih “seureudeug” alias gerasak-gerusuk dan akhirnya, beberapa kali sukses masuk solokan ketika menghindari pejalan kaki. Hehehe..
Tapi, perjuangan dan motivasi saya untuk bisa naik sepeda akhirnya berbuah hasil. Tak sampai sebulan saya sudah bisa naik sepeda. Makin sering dilakukan, makin lihailah saya. Sampai-sampai berani untuk tak pegang stang sepeda. Cihuy! Akhirnya bisa juga naik sepeda!
Kembali kita bahas tentang menulis. Menulis itu bukan bakat. Menulis adalah keterampilan. Tak ada bukti-bukti khusus bahwa seseorang bisa menulis dilihat dari wajah, jari-jari tangan, atau keturunannya. Tidak sama sekali. Menulis itu dipelajari. Sementara cara belajar setiap orang pasti berbeda-beda. Tidak sama. Jika dikatakan bahwa dengan belajar orang menjadi bisa. Insya Allah memang akan bisa jika belajar. Tapi jika ditanya apakah semua orang yang belajar akan sama keahliannya, saya memilih menjawab tidak. Sebab, di sekolah sepakbola misalnya, orang belajar dengan pelatih yang sama, waktu belajarnya juga sama, di kelas yang sama. Buku panduan (jika ada) juga sama. Bayar biaya sekolah sepakbolanya pun sama. Tapi, kenapa ada yang menjadi bintang lapangan dengan keahlian yang di atas rata-rata pemain lain? Ini bukan bicara bakat, tapi latihan. Ronaldinho atau Cristiano Ronaldo, memiliki waktu khusus untuk menempa kemampuannya dalam mengolah si kulit bundar. Berlatih lebih banyak dibanding pemain lainnya. Ini menjadi bukti bahwa keterampilan itu semakin diasah akan semakin bagus.
Menulis itu keterampilan, jadi butuh waktu khusus, butuh latihan khusus, butuh motivasi. Saya juga dulu tak bisa menulis. Bahkan sekadar menulis kata pertama untuk sebuah tulisan susahnya minta maaf (hehehe.. bosan pake kata “ampun”). Iya. Sering saya bermenit-menit memikirkan kata apa yag pertama kali harus ditulis. Ini ternyata sebuah kesalahan. Seharusnya langsung saja ditulis yang ada di benak kita saat itu. Sama seperti saya waktu belajar naik sepeda. Saya langsung nyoba. Tidak perlu berpikir lama menimbang-nimbang, saya harus mendorong dulu sepeda atau langsung menginjak pedal sepeda untuk mencoba menjalankan sepeda. Saya tidak peduli. Langsung coba. Nah, setelah tahu seperti itu, saya akhirnya menulis menjadi lebih cepat karena langsung menuliskan apa pun yang ada di pikiran kita.
Lha, bukankah akan berantakan nantinya? Benar sekali. Bisa dikatakan 90% pasti “acak-adut” tak karuan. Tapi, target saya waktu itu adalah bisa menuangkan gagasan melalui tulisan secepat mungkin. Saya terus melakukan seperti itu. Hingga akhirnya lancar menuangkan gagasan. Baru setelah merasa yakin bisa dengan mudah untuk memulai menulis, bagian berikutnya adalah membaca ulang naskah yang sudah ditulis. Jika ada yang kurang bagus, diperbaiki bahasanya, kalimatnya, isinya, pilihan katanya dan sistematikanya. Ini artinya, menulis bukanlah keterampilan instan. Tapi harus sering dilatih dengan serius. Latihannya apa? Tentu saja menulis. Selain juga membaca untuk menyiapkan “amunisinya” sebagai bahan tulisan. So, yang perlu diubah pertama kali adalah cara pandang dan motivasi. Ubah cara pandang kita selama ini bahwa menulis itu susah. Tolong ubah cara pandang tersebut. Kita harus berani katakan, bahwa menulis itu gampang, asal mau melatihnya. Menjadi penulis itu bukan impian, asalkan kita mampu mempertahankan dan meningkatkan motivasi yang kita miliki untuk berlatih dan belajar. Jadi, menulis itu memang gampang, tapi ada caranya.
Ok deh, sebelum mengakhiri tulisan singkat ini–yang mungkin terkesan sekadarnya saja–saya ingin menyampaikan informasi, bagi teman-teman yang ingin berbagi dan mencari ilmu tentang menulis, silakan klik saja: [http://menuliskreatif.osolihin.com]. Insya Allah banyak tips-tips seputar kepenulisan. Gratis.
Namun demikian, saya juga menyediakan tempat dan waktu khusus yang dikelola secara profesional dan berbayar bagi yang ingin serius belajar dan berkonsultasi seputar penulisan di Kursus Menulis Online. Informasi lengkapnya bisa dilihat pada LINK berikut ini:
====
Dibuka Kelas Baru. Kursus Menulis Online, Penulisan FIKSI.
INFO lengkap, silakan klik LINK berikut ini:
http://menuliskreatif.osolihin.com/2009/07/kelas-baru-kursus-menulis-online-penulisan-fiksi/
Dibuka Kelas Baru. Kursus Menulis Online, Penulisan NONFIKSI.
INFO lengkap, silakan klik LINK berikut ini:
http://menuliskreatif.osolihin.com/2009/07/kelas-baru-kursus-menulis-online-penulisan-nonfiksi/
====
Bagi teman-teman yang sudah mulai bisa menulis atau ingin mengasah kemampuan menulis, saya mengajak teman-teman untuk menjadi kontributor di website tersebut. Caranya mudah, jika Anda punya account Facebook, bisa langsung login di sana menggunakan email dan password Anda sendiri. Saya sudah “mencangkokkan” Facebook Connect di website Menulis Kreatif tersebut. Setelah login, secara otomatis Anda sudah menjadi kontributor di website komunitas Menulis Kreatif. Dan, ditunggu karya-karya Anda yang inspiratif, mencerahkan, bermanfaat dan memberi solusi untuk berbagi dengan siapa pun. Untuk lengkapnya, silakan baca terlebih dahulu FAQ-nya pada LINK di bawah ini:
Ini saja dari saya. Terima kasih sudah sudi membaca pesan ini. Mohon maaf jika ada yang salah dan tak berkenan bagi teman-teman.
Salam sukses dan barokah,
O. Solihin
Baca Selengkapnya...
READ MORE - Menulis itu GAMPANG, Tapi ADA CARANYA

Belajar Fisika Secara Islami



JURNAL Islamia-Republika, Kamis (19/8/2010) mengangkat tema menarik tentang “Bagaimana Belajar Ilmu Fisika Secara Islami”.  Sebagian orang menduga bahwa  ilmu alam bersifat netral agama. Siapa saja belajar fisika, beragama apa pun dia, hasilnya tetap sama. Listrik akan tetap menyala, ketika saklar dipencet. Siapa pun yang memencet, apakah dia muslim atau kafir, hasilnya tetap sama saja. Jadi, wajar jika ada yang bertanya, apa ada cara belajar Ilmu Fisika yang Islami?

Pertanyaan itulah yang dijawab Usep Muhamamd Ishad, kandidat Doktor Ilmu Fisika di ITB Bandung, yang juga peneliti INSISTS.

Dalam artikelnya, Usep menguraikan, bahwa yang sebenarnya perlu diislamkan saat belajar Ilmu Fisika adalah pikiran pelajar, mahasiswa, atau peneliti saat menghadapi fenomena alam.

Seorang Muslim melihat alam semesta ini sebagai “ayat-ayat Allah”, karena itu saat mengamati dan meneliti fenomena alam, mereka bukan saja berusaha mendapatkan temuan-temuan baru di bidang sains, tetapi juga meyakini bahwa di balik alam semesta yang begitu teratur ini ada Yang Maha Pencipta (Al-Khaliq).

Dalam Islam, tujuan utama dari setiap pendidikan dan ilmu adalah tercapainya ma’rifatullah (mengenal Allah, Sang Pencipta), serta lahirnya manusia beradab, yakni manusia yang mampu mengenal segala sesuatu sesuai dengan harkat dan martabat yang ditentukan Allah.

“Tak terkecuali saat seorang Muslim mempelajari Ilmu Fisika. Ia tak hanya bertujuan semata-mata untuk menghasilkan terobosan-terobosan sains atau temuan-temuan ilmiah baru; bukan pula menghasilkan tumpukan jurnal-jurnal ilmiah semata-mata atau gelimang harta kekayaan saja. Tapi, lebih dari itu, seorang Muslim melihat alam semesta sebagai ayat-ayat Alllah.

“Ayat” adalah tanda.Tanda untuk menuntun kepada yang ditandai, yakni wujudnya al-Khaliq. Allah menurunkan ayat-ayat-Nya kepada manusia dalam dua bentuk, yaitu ayat tanziliyah (wahyu yang verbal, seperti al-Quran) dan ayat-ayat kauniyah, yakni alam semesta. Bahkan, dalam tubuh manusia itu sendiri, terdapat ayat-ayat Allah,” tulis Usep yang pernah meraih juara I dalam lomba penulisan buku Fisika untuk SLTA yang diselenggarakan oleh Departemen Agama.

Tujuan belajar untuk sampai pada ‘ma’rifatullah’ memang sangat ditekankan, sebab Allah memberikan peringatan keras kepada orang-orang yang tidak mampu menggunakan potensi inderawi dan akalnya untuk mengenal Sang Pencipta. Mereka disebut sebagai calon penghuni neraka jahannam dan disejajarkan kedudukannya dengan binatang ternak, bahkan lebih hina lagi (QS 7:179).

Cobalah perhatikan sifat-sifat binatang ternak. Manusia yang pandai, tetapi tidak dapat mengenal Tuhannya, akhirnya disamakan sifat-sifatnya dengan binatang! Mengapa? Sebab, pada hakekatnya, jika manusia tidak mengenal Tuhan, maka perilakunya akan sama dengan binatang. Mereka hanya akan menuruti syahwat demi syahwat dalam kehidupannya. Lihatlah,  binatang ternak, ia bekerja secara profesional sesuai bidangnya masing-masing. Dengan itu, ia mendapat imbalan untuk menuruti syahwat-syahwatnya. Makan kenyang, bersenang-senang, istirahat, lalu mati.

“Dan orang-orang kafir itu bersenang-senang dan makan-makan (di dunia) seperti layaknya binatang-binatang. Dan neraka adalah tempat tinggal mereka.”
(QS 47:12).

****

Jadi, menurut pakar Fisika dari ITB ini, mempelajari Ilmu Fisika secara Islami harus dimulai dari mengislamkan fikiran si fisikawan itu sendiri. Cara pandangnya terhadap alam harus “diislamkan”. Ia tidak boleh memandang alam semesta ini sebagai objek yang netral dan bebas dari unsur-unsur ketuhanan. Sebab, alam semesta ini adalah makhluk Allah, sehingga tidak dapat diperlakukan semena-mena. Inilah yang dalam bahasa ilmiah, si fisikawan harus mempunyai worldview (pandangan alam) yang Islami.

Jadi alam semesta ini tidak dipelajari semata-mata karena alam itu sendiri, namun alam diteliti karena ia menunjukkan pada sesuatu yang dituju yaitu mengenal Pencipta alam tersebut. Sebab alam adalah “ayat” (tanda).

Fisikawan yang mempelajari alam lalu berhenti pada fakta-fakta dan data-data  ilmiah, tak ubahnya seperti pengendara yang memperhatikan petunjuk jalan, lalu ia hanya memperhatikan detail-detail tulisan dan warna rambu-rambu itu. Ia lupa bahwa rambu-rambu itu sedang menunjukkannya pada sesuatu.

Ketercerabutan “makna” dan peran alam sebagai “ayat”, sesungguhnya merupakan dampak dari sekularisme sebagaimana disebutkan Prof. Syed Muhammad Naquib Al-Attas dalam karya besarnya,  Islam and Secularism. Sekularisme telah menyebabkan dicabutnya kesakralan alam dan hilangnya pesona dari alam tabii (disenchantment of nature). Akibatnya alam tak lebih dari sekedar objek, tak punya makna dan tak ada nilai spiritual.  

*****

Para fisikawan Muslim – dan juga ilmuwan Muslim lainnya – wajib memiliki adab terhadap alam. Adab terhadap alam lahir dari pandangan-alam Islam (Islamic worldview). Dengannya,  seorang saintis akan memperlakukan dan memanfaatkan alam dengan adab yang benar. Lalu lahirlah konsep sikap ramah lingkungan yang Islami, yang didasarkan bukan semata-mata karena alasan keterbatasan sumber daya alam, namun kesadaran bahwa alam ini bukanlah milik manusia, namun ia adalah amanah dan sekaligus juga ayat-ayat Allah. Hanya dengan pandangan-alam seperti inilah, akan lahir manusia beradab dan berakhlak, seperti yang dicita-citakan dalam tujuan pendidikan kita saat ini.

Prof. Naquib al-Attas mengingatkan, hilangnya adab terhadap alam – sebagai ayat-ayat Allah – inilah yang telah menyebabkan kerusakan besar di alam semesta. Belum pernah terjadi dalam sejarah manusia, alam mengalami kerusakan seperti saat ini, di mana ilmu pengetahuan sekuler merajai dunia ilmu pengetahuan. Akar kerusakan ini adalah ilmu pengetahuan (knowledge)  yang disebarkan Barat, yang telah kehilangan tujuan yang benar.

Ilmu yang salah itulah yang menimbulkan kekacauan (chaos) dalam kehidupan manusia, ketimbang membawa perdamaian dan keadilan; ilmu yang seolah-olah benar, padahal memproduksi kekacauan dan skeptisisme (confusion and scepticism). Bahkan ilmu pengetahuan sekuler ini untuk pertama kali dalam sejarah telah membawa kepada kekacauan dalam ‘the Three Kingdom of Nature’ yaitu dunia binatang, tumbuhan, dan mineral.  

Menurut al-Attas, dalam peradaban Barat, kebenaran fundamental dari agama dipandang sekedar teoritis. Kebenaran absolut dinegasikan dan nilai-nilai relatif diterima. Tidak ada satu kepastian. Konsekuensinya, adalah penegasian Tuhan dan Akhirat dan menempatkan manusia sebagai satu-satunya yang berhak mengatur dunia. Manusia akhirnya dituhankan dan Tuhan pun dimanusiakan. (Man is deified and Deity humanised).  (Lihat, Jennifer  M. Webb (ed.), Powerful Ideas: Perspectives on the Good Society,  (Victoria, The Cranlana Program, 2002), 2:231-240).

Sebagai salah satu bidang ilmu pengetahuan yang mengalami perkembangan sangat pesat, Ilmu Fisika terbukti telah membawa banyak manfaat bagi umat manusia. Wajib sebagian kaum Muslim menguasai ilmu ini. Tetapi, cara pandang dan cara belajar seorang Muslim akan berbeda dengan yang lain. Sebab, bagi Muslim, alam semesta adalah ayat-ayat Allah, yang dipelajari – bukan sekedar untuk mengungkap temuan-temuan baru – tetapi juga untuk mengenal Sang Pancipta.

Demikian rangkuman pemikiran dari Usep Muhamamd Ishaq, pakar Fisika dari ITB, yang sedang berjuang bersama teman-temannya untuk membudayakan bagaimana cara belajar Ilmu Fisika secara islami.


***

Artikel menarik lain yang terbit di Jurnal Islamia-Republika edisi tersebut ditulis oleh John Adler, yang juga kandidat Doktor Ilmu Fisika dari ITB.  Dalam artiikelnya yang berjudul Fisikawan Muslim Mengukir Sejarah, John Adler menguraikan riwayat singkat dan prestasi besar sejumlah Fisikawan Muslim yang sangat besar peranannya dalam pengembangan ilmu Fisika. Bahkan, mereka menjadi sumber inspirasi dan ilmu bagi sejumlah ilmuwan Barat.

Sejarah membuktikan, kontribusi Ilmuwan Muslim dalam bidang Fisika sangatlah besar. Kaya-karya ilmuwan Muslim dalam bidang Fisika, baik yang klasik maupun modern, bisa dikatakan sangat melimpah. Cobalah renungkan, apa yang ada di benak Anda ketika mengenal "kamera"?

Banyak pelajar Muslim yang mungkin tak kenal sama sekali, bahwa perkembangan teknologi kamera tak bisa dilepaskan dari jasa seorang ahli fisika eksperimentalis pada abad ke-11, yaitu  Ibn al-Haytham. Ia adalah seorang pakar optic, pencetus metode eksperimen. Bukunya tentang teori optic, al-Manazir, khususnya dalam teori pembiasan, diadopsi oleh Snell dalam bentuk yang lebih matematis.

Tak tertutup kemungkinan, teori Newton juga dipengaruhi oleh al-Haytham, sebab pada Abad Pertengahan Eropa, teori optiknya sudah sangat dikenal. Karyanya banyak dikutip ilmuwan Eropa. Selama abad ke-16 sampai 17, Isaac Newton dan Galileo Galilei, menggabungkan teori al-Haytham dengan temuan mereka. Juga teori konvergensi cahaya tentang cahaya putih terdiri dari beragam warna cahaya yang ditemukan oleh Newton,  juga telah diungkap oleh al-Haytham abad ke-11 dan muridnya Kamal ad-Din abad ke-14.

Al-Haytham dikenal juga sebagai pembuat perangkat yang disebut sebagai Camera Obscura atau “pinhole camera”. Kata "kamera" sendiri, konon berasal dari kata "qamara", yang bermakna "yang diterangi". Kamera al-Haytham memang berbentuk bilik gelam yang diterangi berkas cahaya dari lubang di salah satu sisinya.

Dalam alat optik, ilmuwanInggris, Roger Bacon (1292) menyederhanakan bentuk hasil kerja al-Haytham, tentang kegunaan lensa kaca untuk membantu penglihatan, dan pada waktu bersamaan kacamata dibuat dan digunakan di Cina dan Eropa.

Faktanya, Ibn Firnas dari Spanyol sudah membuat kacamata dan menjualnya keseluruh Spanyol pada abad ke-9. Christoper Colombus ternyata menggunakan kompas yang dibuat oleh para ilmuwan Muslim Spanyol sebagai penunjuk arah saat menemukan benua Amerika.

Fisikawan lain,  Abdurrahman Al-Khazini, saintis kelahiran Bizantium atau Yunani ini adalah seorang penemu jam air sebagai alat pengukur waktu.

Para sejarawan sains telah menempatkan al-Khazini dalam posisi yang sangat terhormat. Ia merupakan saintis Muslim serba bisa yang menguasai astronomi, fisika, biologi, kimia, matematika dan filsafat. Sederet buah pikir yang dicetuskannya tetap abadi sepanjang zaman. Al-Khazini juga seorang ilmuwan yang telah mencetuskan beragam teori penting dalam sains.  Ia hidup di masa Dinasti Seljuk Turki. Melalui karyanya, Kitab Mizan al-Hikmah, yang ditulis pada tahun 1121-1122 M, ia menjelaskan perbedaan antara gaya, massa, dan berat, serta menunjukkan bahwa berat udara berkurang menurut ketinggian.

Meski kepandaiannya sangat dikagumi dan berpengaruh, al-Khazini tak silau dengan kekayaan.  Zaimeche menyebutkan al-Khazini menolak dan mengembalikan hadiah 1.000 keping emas (dinar) dari seorang istri  Emir Seljuk. Ia hanya merasa cukup dengan uang 3 dinar dalam setahun. Salah satu ilmuwan Barat yang banyak terpengaruh adalah Gregory Choniades, astronom Yunani yang meninggal pada abad ke-13. Demikianlah fakta sejarah tentang prestasi para ilmuwan Muslim yang dipaparkan oleh John Adler.

Begitu besar peranan mereka  dalam pengembangan ilmu pengetahuan. Sayang sekali, fakta semacam ini, masih jarang diajarkan di sekolah-sekolah di Indonesia. [Depok, Agustus 2010/hidayatullah.com]
Baca Selengkapnya...
READ MORE - Belajar Fisika Secara Islami